Sabtu, 05 Desember 2009

TERIMA KASIH TUHAN




Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat
menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan
memasuki
suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang
mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, '
Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan
pada Allah diterima'.
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini

begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah
seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di
seluruh dunia..

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang
panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku
berkata, 'Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini
kemuliaan dan berkat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke

manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya'. Aku perhatikan
lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang
bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang
dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh
koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja
yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu
malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun. 'Ini
adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih', kata Malaikatku pelan. Dia
tampak malu.

'Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?'tanyaku.

'Menyedihkan' , Malaikat-ku menghela napas.

'Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit
manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih'.

'Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?',
tanyaku..

'Sederhana sekali', jawab Malaikat. 'Cukup berkata, 'Terima kasih,
Tuhan' '.

'Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri', tanyaku.
Malaikat-ku menjawab,
'Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang
menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur,
Maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

'Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang
receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

'Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau
adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga..... 'Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak
kesehatan daripada kesakitan .... engkau lebih diberkati daripada begitu
banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

'Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang,
kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat
sangat Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia'.

'Jika engkau dapat menghadiri atau pertemuan religius
tanpa ada ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan, atau
kematian...
maka engkau lebih diberkati daripada 3 milyar orang di dunia.

'Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan
pernikahan .... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.


Jika engkau masih bisa mencintai ....
maka engkau termasuk orang yang besar, Karena cinta adalah berkat
Tuhan yang tidak didapat dari manapun

'Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,
maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik
dibandingkan dari semua (mereka) yang berada dalam keraguan dan
keputusasaan.

'Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima
berkatganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir
bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa,
engkau
lebih diberkati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang
bahkan tidak dapat membaca sama sekali'.


Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan
anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan
ini
ke semua teman-teman- mu untuk mengingatkan mereka betapa.
diberkatinya kita semua. 'Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan
bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan
menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' '.

Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih.
'Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anugerahmu berupa
kemampuan membagi pesan ini dan memberikannya aku begitu banyak
teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi'.

Send by Email nike rifa 3 Dec 2009

Senin, 12 Oktober 2009

G U A


From: Agus Suntarya
Sent: Friday, October 09, 2009 4:50 PM
Subject: GUA
GUA
Dua orang pemuda tampak berdiskusi di sebuah mulut gua. Sesekali, mereka memandang ke arah dalam gua yang begitu gelap. Gelap sekali! Hingga, tak satu pun benda yang tampak dari luar. Hanya irama suara serangga yang saling bersahutan.
“Guru menyuruh kita masuk ke sana . Menurutmu, gimana? Siap?” ucap seorang pemuda yang membawa tas besar. Tampaknya, ia begitu siap dengan berbagai perbekalan.
“Menurut petunjuk guru, gua ini bukan sekadar gelap. Tapi, panjang dan banyak stalagnit, kelelawar, dan serangga,” sahut pemuda yang hanya membawa tas kecil. Orang ini seperti punya kesiapan lain di luar perbekalan alat. “Baiklah, mari kita masuk!” ajaknya sesaat kemudian.
Tidak menyangka dengan ajakan spontan itu, pemuda bertas besar pun gagap menyiapkan senter. Ia masuk gua beberapa langkah di belakang pemuda bertas kecil. “Aneh!” ucapnya kemudian. Ia heran dengan rekannya yang masuk tanpa penerangan apa pun.
Dari mulai beriringan, perjalanan keduanya mulai berjarak. Pemuda bertas besar berjalan sangat lambat. Ia begitu asyik menyaksikan keindahan isi gua melalui senternya: kumpulan stalagnit yang terlihat berkilau karena tetesan air jernih, panorama gua yang membentuk aneka ragam bentukan unik, dan berbagai warna-warni serangga yang berterbangan karena gangguan cahaya. “Aih, indahnya!” gumamnya tak tertahan.
Keasyikan itu menghilangkannya dari sebuah kesadaran. Bahwa ia harus melewati gua itu dengan selamat dan tepat waktu. Bahkan ia tidak lagi tahu sudah di mana rekan seperjalanannya. Ia terus berpindah dari satu panorama ke panorama lain, dari satu keindahan ke keindahan lain.
Di ujung gua, sang guru menanyakan rahasia pemuda bertas kecil yang bisa jauh lebih dulu tiba. “Guru…,” ucap sang pemuda begitu tenang. “…dalam gelap, aku tidak lagi mau mengandalkan mata zhahir. Mata batinkulah yang kuandalkan. Dari situ, aku bisa merasakan bimbingan hembusan angin ujung gua, kelembaban cabang jalan gua yang tak berujung, batu besar, dan desis ular yang tak mau diganggu,” jelas sang pemuda begitu meyakinkan.
**
Ada banyak “gua” dalam hidup ini. Gua ketika seseorang kehilangan pekerjaan. Gua di saat gadis atau lajang terus-menerus tertinggal peluang berjodoh. Gua di saat orang alim menjadi sulit dipercaya. Gua ketika bencana begitu buta. Dan, berbagai “gua” lain yang kadang dalam gelapnya menyimpan seribu satu keindahan yang membuai.
Sebagian kita, suka atau tidak, harus menempuh rute jalannya yang gelap, lembab, dan penuh jebakan. Sayangnya, tidak semua kita mampu menyiapkan bekal secara pas. Kita kadang terjebak dengan kelengkapan alat. Dan, melupakan bekalan lain yang jauh lebih jitu dan berdaya guna: kejernihan mata hati.
Mata hatilah yang mampu menembus pandangan di saat “gelap”. Mata hatilah yang bisa membedakan antara angin tuntunan dengan yang tipuan. Kejernihannya pula yang bisa memantulkan ‘cahaya’ yang sejati

Rabu, 18 Februari 2009

Maka Nikmatilah, Karena Ini Pun Akan Berlalu


Penulis : Azimah Rahayu


Saat di depanmu terhidang nasi sayur tahu tempe, mengapa mesti sibuk berandai-andai dapat makan ikan, daging, atau ayam ala resto? Padahal kalau saja kau nikmati apa yang ada tanpa berkesah, pastilah rasanya tak jauh beda. Karena enak atau tidaknya makanan lebih tergantung kepada rasa lapar dan mau tidaknya kita menerima apa yang ada. Maka nikmatilah, karena jika engkau terus mengharap makanan yang lebih enak, makanan yang ada di depanmu akan basi, padahal belum tentu besok engkau akan mendapatkan yang lebih baik daripada hari ini.Saat engkau menemui udara pagi ini cerah, langit hari ini biru indah, mengapa sibuk mencemaskan hujan yang tak kunjung datang? Padahal kalau saja kau nikmati adanya tanpa kesah, pastilah kau dapat mengerjakan begitu banyak kegiatan dengan penuh kegembiraan. Maka nikmatilah, jangan malah resah memikirkan hujan yang tak kunjung tumpah. Karena jika kau tak menikmatinya, maka saat tiba masanya hujan menggenangi tanahmu, kau pun kan kembali resah memikirkan kapan hujan berhenti.Percayalah, semua ini akan berlalu, maka mengapa harus memikirkan sesuatu yang tak ada, namun suatu saat pasti akan hadir jua? Sedang hal itu hanya akan membuat kita kehilangan keindahan hari ini karena mencemaskan sesuatu yang belum pasti.Saat engkau memiliki sebuah pekerjaan dan mendapatkan penghasilan, meski tak sesuai dengan yang kau inginkan, mengapa mesti kesal dan membayangkan pekerjaan ideal yang jauh dari jangkauan? Padahal kalau saja kau nikmati apa yang kau miliki, tentu akan lebih mudah menjalani. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat kau dapatkan apa yang kau inginkan, ternyata tak seindah yang kau bayangkan. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat sudah kau lepaskan, kau akan menyesal, ternyata begitu banyak kebaikan yang tidak kau lihat sebelumnya. Ternyata begitu banyak keindahan yang terlewat tak kau nikmati.Maka nikmatilah, dan jangan habiskan waktumu dengan mengeluh dan menginginkan yang tidak ada. Maka nikmatilah, karena suatu saat, semua ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, jangan sampai kau kehilangan nikmatnya dan hanya mendapatkan getirnya saja. Maka nikmatilah, dengan bersyukur dan memanfaatkan apa yang kau miliki dengan lebih baik lagi agar besok menjadi sesuatu yang berguna. Maka nikmatilah, karena ia akan menjadi milikmu apa adanya dan hanya saat ini saja. Sedang besok bisa jadi semua telah berganti.Jika hari ini engkau menderita, maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu, jangan biarkan dia pergi, kemudian ketika kau harus lebih menderita suatu saat nanti, engkau tidak sanggup menahannya. Maka nikmatilah rasa sedihmu, dengan mengenang kesedihan yang lebih dalam yang pernah kau alami. Dengan membayangkan kesedihan yang lebih memar pada hari akhir nanti jika kau tak dapat melewati kesedihan kali ini.Dengan menemukan penghapus dosa pada musibah yang kau alami kini. Maka nikmatilah rasa galaumu, dengan bertafakkur lebih banyak atas permasalahan yang kau hadapi. Dengan memikirkan kedewasaan yang kan kau gapai atas resah dan galau itu. Dengan kematangan yang akan kau miliki setelah berhasil melewati semua ini. Maka nikmatilah rasa marahmu, dengan kemampuan mengendalikan diri. Dengan memikirkan penggugur dosa yang kan kau dapatkan. Dengan mendapatkan kemenangan atas diri pribadi yang tak semua orang dapat lakukan.Maka nikmatilah, dengan berpikir positif atas apa pun yang kau jalani, atas apa pun yang kau hadapi, atas apa pun yang kau terima, karena dengan begitu engkau akan bahagia. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu jua. Maka nikmatilah, karena rasa puas dan syukur atas apa yang telah kita raih akan menghadirkan ketenteraman dan kebahagiaan. Sedang ketidakpuasan hanya akan melahirkan penderitaan. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, agar engkau tidak kehilangan hikmah dan keindahannya, saat segalanya yang telah tiada. Maka nikmatilah, agar tak hanya derita yang tersisa saat semua telah berakhir jua.